Secara tidak sengaja, saat membongkar – bongkar tumpukan buku dan arsip lama, saya menemukan lagi buku berjudul Petualangan Huckleberry Finn. Dahulu saya pernah membaca buku klasik karangan Mark Twain ini. Beliau seorang pengarang besar asal Amerika Serikat dan diakui sebagai sumber dari segala sumber sastra modern di negeri Paman Sam sana. Saya pernah membaca bahwa pengakuan ini datang dari Hemingway, seorang peraih nobel sastra.
Membuka kembali lembar demi lembar buku tersebut, saya seperti dibawa kembali ke satu perjalanan yang penuh arti dan kejutan. Buku ini pada dasarnya adalah tuturan tentang petualangan seorang anak tanggung dan merupakan kelanjutan dari buku Mark Twain sebelumnya, Petualangan Tom Sawyer.
Finn adalah seorang anak piatu yang hidup bersama ayah yang pemabuk. Ia mengalami siksaan lahir dan batin dari sang ayah yang senantiasa mengejar harta Finn (Finn mendapatkan harta karun bersama dengan Tom Sawyer yang diceritakan pada buku sebelumnya). Finn bahkan merencanakan sendiri pembunuhan palsu terhadap dirinya demi melepaskan diri dari siksaan sang ayah.
Dalam kondisi yang serba tidak pasti dalam pelarian, Finn bertemu dengan Jim, seorang budak kulit hitam yang melarikan diri untuk mendapatkan kebebasannya. Jalinan cerita kemudian membawa pembaca kepada petualangan mereka berdua dan dilema yang dialami oleh Finn. Cerita ini diterbitkan pada tahun 1885. Pada saat itu membantu budak melarikan diri merupakan dosa besar.
Benturan nilai – nilai bertebaran dalam buku ini. Pengkhianatan dan persahabatan. Keserakahan dan kebaikan hati. Kelicikan dan kejujuran. Namun pesan dari cerita ini jelas. Hati nurani akan menunjukkan jalan saat kita menghadapi dilema. Dan seorang sahabat adalah mereka yang ada di kala susah dan membutuhkan kehadiran orang lain, meski ia sekedar hadir untuk mendengar dan menawarkan bantuan seberapapun kecilnya. A friend in need is a friend indeed.
Saya tersenyum di akhir cerita. Meski sempat berkaca –kaca juga saat membaca penderitaan Jim maupun Finn untuk mencapai tujuannya. Jim sang budak bisa bebas dan menjadi sahabat mereka (Finn dan Tom). Sungguh besar arti sebuah buku. Dan membacanya sangat memperkaya wawasan dan batin kita.
Airin Rachmi Diany
Tangerang Selatan, 23 Januari 2011