Terima Kasih Atas Kunjungan anda, Salam Hangat Untuk Keluarga, Mari Menata Tangsel Rumah Kita Bersama

Jumat, 28 Januari 2011

Teringat akan Finn


Secara tidak sengaja, saat membongkar – bongkar tumpukan buku dan arsip lama, saya menemukan lagi buku berjudul Petualangan Huckleberry Finn. Dahulu saya pernah membaca buku klasik karangan Mark Twain ini. Beliau seorang pengarang besar asal Amerika Serikat dan diakui sebagai sumber dari segala sumber sastra modern di negeri Paman Sam sana. Saya pernah membaca bahwa pengakuan ini datang dari Hemingway, seorang peraih nobel sastra.


Membuka kembali lembar demi lembar buku tersebut, saya seperti dibawa kembali ke satu perjalanan yang penuh arti dan kejutan. Buku ini pada dasarnya adalah tuturan tentang petualangan seorang anak tanggung dan merupakan kelanjutan dari buku Mark Twain sebelumnya, Petualangan Tom Sawyer.


Finn adalah seorang anak piatu yang hidup bersama ayah yang pemabuk. Ia mengalami siksaan lahir dan batin dari sang ayah yang senantiasa mengejar harta Finn (Finn mendapatkan harta karun bersama dengan Tom Sawyer yang diceritakan pada buku sebelumnya). Finn bahkan merencanakan sendiri pembunuhan palsu terhadap dirinya demi melepaskan diri dari siksaan sang ayah.


Dalam kondisi yang serba tidak pasti dalam pelarian, Finn bertemu dengan Jim, seorang budak kulit hitam yang melarikan diri untuk mendapatkan kebebasannya. Jalinan cerita kemudian membawa pembaca kepada petualangan mereka berdua dan dilema yang dialami oleh Finn. Cerita ini diterbitkan pada tahun 1885. Pada saat itu membantu budak melarikan diri merupakan dosa besar.


Benturan nilai – nilai bertebaran dalam buku ini. Pengkhianatan dan persahabatan. Keserakahan dan kebaikan hati. Kelicikan dan kejujuran. Namun pesan dari cerita ini jelas. Hati nurani akan menunjukkan jalan saat kita menghadapi dilema. Dan seorang sahabat adalah mereka yang ada di kala susah dan membutuhkan kehadiran orang lain, meski ia sekedar hadir untuk mendengar dan menawarkan bantuan seberapapun kecilnya. A friend in need is a friend indeed.

Saya tersenyum di akhir cerita. Meski sempat berkaca –kaca juga saat membaca penderitaan Jim maupun Finn untuk mencapai tujuannya. Jim sang budak bisa bebas dan menjadi sahabat mereka (Finn dan Tom). Sungguh besar arti sebuah buku. Dan membacanya sangat memperkaya wawasan dan batin kita.

Airin Rachmi Diany
Tangerang Selatan, 23 Januari 2011

»»  READMORE...

Senin, 08 November 2010

Experience is The Best Teacher

Saat mengalami tekanan, pengalaman yang Anda miliki juga mempengaruhi fokus Anda dalam menghadapi masalah. Semakin Anda belajar dari pengalaman, kemampuan Anda untuk fokus pada pemecahan masalah semakin tinggi. Sebaliknya fokus kepada emosi lebih sering dialami oleh mereka yang kurang terbiasa dengan situasi yang menekan tersebut.


Namun banyaknya pengalaman tidak tidak serta merta menentukan seberapa banyak Anda belajar.


Pengalaman yang panjang dan beragam tidak banyak berguna bila Anda tidak belajar dari pengalaman tersebut. Sebaliknya pengalaman yang relatif sedikit dapat berguna bila Anda belajar dan mengambil hikmah untuk mengubah diri Anda menjadi lebih baik melalui pengalaman tersebut.

Experience is the best teacher. But the point is not how many experiences you have, but how much you've learned from them.

Selalu Berusaha, Berdoa meminta yg terbaik..

selamat bekerja, selamat berkarya

Airin Rachmi Diany

»»  READMORE...

Senin, 01 November 2010

Merangkai Masa Depan Dengan Pendidikan

Beberapa waktu lalu, saya memenuhi undangan peletakan batu pertama salah satu sekolah yang berlokasi di sekitar Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan. Seorang pakar manajemen, Bapak Rhenald Kasali, menyampaikan bahwa masa depan adalah sesuatu yang kita ciptakan secara bersama - sama. Anak – anak berkembang menjadi sesuatu yang diinginkan karena berbagai faktor, baik biologis (nature) maupun lingkungan (nurture), yang berkolaborasi untuk mengantarkan mereka menjadi seseorang.

Selain Pak Rhenald Kasali, hadir dalam acara tersebut adalah tokoh yang sangat peduli pada anak – anak, Kak Seto. Beliau memaparkan betapa setiap anak memiliki kecerdasan masing – masing yang bersifat unik. Kecerdasan setidaknya memiliki 8 (delapan) faset, yaitu: cerdas angka (numerik), cerdas kata (bahasa), cerdas gambar (spasial), cerdas musik, cerdas tubuh (kinestetik), cerdas teman (interpersonal), cerdas diri (intrapersonal), dan cerdas alam (natural). Masing – masing individu memiliki kecenderungannya sendiri yang mengarah pada satu dari 8 (delapan) jenis kecerdasan tersebut.

Mendengar pembicaraan kedua pakar ini, pikiran saya melayang ke masa kecil saya sendiri saat saya masih menjadi seorang anak. Ada sedikit rasa geli saat saya menuliskan ini karena sampai saat ini pun, saat saya telah memiliki dua orang anak, kedua orangtua saya masih tetap memperlakukan saya bak seorang anak.

Dulu, saya pernah pernah bertanya – tanya dalam hati mengapa bapak dan ibu sering mengarahkan saya untuk menjadi sesuatu. Sementara saya memiliki keinginan sendiri yang kadang tidak sesuai dengan keinginan yang mereka titipkan kepada saya. Saat remaja, pertentangan antara keinginan saya dan kedua orangtua saya kadang menimbulkan friksi. Namun Alhamdulillah, masa – masa tersebut justru menjadikan saya bertambah dewasa.

Jawaban dari pertanyaan saya tentang keinginan orangtua baru saya dapatkan setelah saya menikah dan menjadi ibu bagi kedua anak saya, Ghifari dan Ghefira. Naluri saya mendorong untuk melindungi mereka dan berusaha agar anak – anak tidak merasakan hal – hal yang kurang menyenangkan yang pernah saya alami sebelumnya. Oleh karena itu, saya mengarahkan mereka agar mengikuti “keinginan” saya.

Namun kembali saya tersadar bahwa sebagai anak, dahulu saya juga punya mimpi, harapan, dan cita – cita sendiri. Begitu juga dengan Kakang Ghifari, Ghefira, dan anak – anak lainnya. Mereka memiliki mimpi, harapan, dan cita – cita mereka sendiri yang sesuai dengan bakat, kemampuan, dan kecerdasan yang dimiliki dan diberikan oleh Allah SWT. Sebagai orangtua, saya hanya bisa mengarahkan, menjaga, dan memberikan kasih sayang sekaligus doa untuk anak – anak saya. Semoga mereka menjadi anak yang pintar, baik, cerdas, sholeh, dan sholehah, panjang umur, sehat badannya, berguna bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa, tercapai cita – citanya, selalu ada dalam lindunganNya dan meraih serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kewajiban saya sebagai orangtua adalah memberikan perawatan dan pengasuhan yang terbaik untuk anak – anak. Kewajiban saya sebagai warga adalah memberikan lingkungan yang ramah bagi anak – anak. Saya membayangkan setiap rumah adalah tempat belajar dan bermain yang kondusif untuk anak – anak. Lebih jauh, saya menginginkan sebuah lingkungan dimana anak – anak dapat menyalurkan energi dan potensinya serta berkembang menjadi orang – orang yang kreatif, optimis, dan produktif.

Pendidikan adalah cara untuk menemukan potensi yang dimiliki oleh masing – masing anak agar mereka menemukan kecerdasan mereka sendiri seperti yang dipaparkan Kak Seto. Pendidikan juga merupakan sarana pengembangan yang memungkinkan berbagai faktor pendorong dan penarik bekerja untuk mengarahkan anak kepada sukses, seperti yang dinyatakan oleh Pak Rhenald Kasali.

Pendidikan, baik di rumah maupun di tingkat lingkungan, adalah hak dasar yang harus diberikan kepada setiap anak. Di rumah, hak ini harus diberikan oleh orangtua. Di tingkat lingkungan, hak ini harus dipenuhi dan disediakan oleh pemerintah dalam bentuk penyediaan fasilitas dan sistem untuk menjamin ketersediaan dan keberlangsungan pembelajaran. Setiap anak harus memiliki akses agar dapat bersekolah dan mencapai impian, harapan, dan cita – cita mereka. Setiap orangtua berhak untuk menitipkan harapan dan mendapatkan kesempatan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak – anak mereka. Dengan demikian, mimpi, harapan, dan cita – cita yang telah merekah dari masing – masing rumah, dari masing – masing keluarga, dapat tumbuh dan berkembang menjadi nyata untuk kemudian dapat dibagi dengan sesama.

Tangsel, 03 Agustus 2010
»»  READMORE...

Minggu, 17 Oktober 2010

Merawat Buku, Bukti Cinta Pada Buku


Buku adalah jendela ilmu. Melalui buku, ruang dan waktu bisa diatasi. Belajar tentang masa lalu, memahami hari ini dan memprediksi masa depan. Karena itu, buku bukan untuk disimpan, teronggok menjadi hiasan. Mencintai buku berarti membacanya. Mencintai buku berarti merawatnya, dan merawat buku tidaklah mudah. Karena bagaimanapun buku mudah rusak dan bisa lapuk dimakan zaman. Berikut ini adalah tips merawat buku.
• Membiasakan memberi sampul plastik pada buku yang baru dibeli
• Menempatkan buku dalam posisi terbaiknya, yaitu dalam keadaan berdiri pada rak buku
• Menempatkan buku dalam lemari tertutup jika ruangan penyimpanan buku tidak terlindungi dari debu
• Membiasakan memberi kapur barus di dalam lemari/rak buku
• Tidak menjejalkan buku pada rak atau lemari. Beri sedikit ruang pada tempat penyimpanan buku untuk mempermudah pengambilan dan penempatannya sendiri
• Lakukan perawatan berkala
• Tidak segan-segan atausungkan mengingatkan teman untuk merawat buku yang kita pinjamkan kepada mereka
• Tidak membiasakan membolak-balik halaman dengan cara membasahi tanga, apalagi dengan ludah.
• Tidak menandai buku dengan cara melipat, cukup selipkan kertas pembatas.
• Tidak menggunakan buku sebagai bantal tidur, hal ini akan mempercepat penuaan buku.
• Jangan biarkan salah satu sumber pengetahuan itu rusak karena tak terawat.
• Pastikan buku-buku Anda tidak terletak di tempat yang lembab.
• Jangan letakkan buku dalam posisi berdekatan dengan lantai.
• Bersihkanlah buku secara berkala.
»»  READMORE...

Senin, 04 Oktober 2010

Mengatur Waktu untuk Mencapai Produktifitas

productivePernahkah Anda merasa pada saat bekerja jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 menjelang makan siang padahal Anda belum sempat menyelesaikan satu pekerjaan pun. Sibuk tapi rasanya pekerjaan tidak produktif? Satu hal yang harus disadari bahwa kesibukan tidak sama dengan menjadi produktif. Anda bisa saja menghabiskan sekian jam tanpa menghasilkan apa-apa. Sounds familiar? Ada beberapa prinsip yang sebaiknya Anda pertimbangkan dalam manajemen waktu sehingga Anda bisa bekerja efektif:

1. Menyusun Rencana

Ada ungkapan yang mengatakan ”If you fail to plan, you plan to fail”. Apabila Anda menjalani hari Anda tanpa ada gambaran apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya, Anda akan menghabiskan sebagian besar waktu Anda bertanya ”Apa yang harus saya kerjakan sekarang ya?”. Rencana memberikan peta apa yang ada dihadapan Anda hari itu. Alokasikan sedikit waktu untuk menyusun rencana sehingga Anda bisa mengelompokkan tugas-tugas yang sesuai dan memberikan prioritas serta waktu pengerjaannya.

Susunlah rencana di pagi hari atau hari sebelumnya. Anda bisa mulai dari catatan kecil saja atau bahkan menyusunnya di kepala untuk sekedar memberikan sinyal kepada otak mengenai apa yang harus Anda selesaikan hari itu.

Gunakan strategi yang cerdas dalam menyusun rencana. Kapan biasanya Anda merasa energi Anda tinggi, baik mental maupun fisik? Buat saya biasanya waktu antara jam 10:00 sampai 12:00 adalah saat dimana saya sedang ”on fire”. Disaat itu saya manfaatkan untuk memulai atau menyelesaikan tugas-tugas dengan prioritas tinggi. Waktu yang tersisa biasanya saya gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan prioritas lebih rendah.

Rencana tidak bersifat kaku dan selalu terbuka untuk adjustment kapanpun. Jangan lupa untuk menyisipkan waktu untuk istirahat. Pada prinsipnya, Anda melakukan manajemen diri untuk Anda sendiri. Belajar mengelola waktu adalah latihan yang bagus untuk disiplin diri.

2. Fokus

Seringkali dalam bekerja kita membiarkan diri kita larut dalam beberapa pekerjaan sekaligus, istilahnya multi-tasking. Mungkin Anda mencoba menyenangkan boss Anda dengan mengiyakan semua permintaannya, tapi tanpa Anda sadari sebenarnya Anda justru membebani diri Anda dengan stress dan belum tentu juga apa yang Anda kerjaan akan berkualitas bagus.

Mengerjakan dua hal pada saat bersamaan bukan saja membagi perhatian Anda tetapi juga membuat Anda kurang fokus yang akibatnya butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Fokus dalam bekerja membuat kita lebih produktif dan mengurangi beban stress. Buat skala prioritas apabila Anda harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam kurun waktu yang bersamaan.

3. Hindari Interupsi

Dua hal dalam dunia kerja sekarang ini yang menjadi sering menjadi sumber interupsi adalah: telepon dan email. Tentu saja interupsi ini tidak bisa dihindari tetapi gunakan keahlian Anda dalam manajemen diri untuk menanganinya:

* Jawab telepon dari orang-orang yang berkepentingan saja pada saat Anda sedang fokus bekerja. Apabila Anda harus terpaksa menjawab, usahakan waktunya seminimal mungkin. Anda bisa menelepon balik ketika Anda sudah agak bebas.
* Cek email disaat-saat tertentu saja. Okay, ini tentunya sangat berat. Anda bisa coba. Apabila tidak mungkin, usahakan untuk tidak menjawab semua email tiap kali itu datang. Jawablah email yang berkaitan dengan pekerjaan Anda saat itu dan hindari multi-tasking.

Manajemen diri erat kaitannya dengan bagaimana Anda mengatur waktu Anda sehari-hari. Jangan biarkan faktor-faktor eksternal mengganggu produktifitas Anda. Apabila Anda produktif bukan hanya Anda sendiri yang senang tapi juga boss Anda. Hidup Anda lebih mudah dan stress pun berkurang.

»»  READMORE...